Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Memahami Inti Kebahagiaan

Komaruddin Hidayat, 250 Wisdoms; Membuka Mata, Mengungkap Makna. (Jakarta: Hikmah, Cetak Pertama, Februari 2010) ix + 334 hlm, tebal:13 x 20, 5 cm *** “Adalah wilayah ilmu untuk berbicara, sedangkan hak kearifan adalah mendengarkan,” demikian kata Oliver Wendell Holmes (1809 – 1894). Pada zaman sekarang ini, tidaklah sulit jika kita ingin menemukan orang memiliki ilmu pengetahuan, akan tetapi sulit untuk menemukan orang bijak, orang yang mampu bertindak sesuai dengan etika masyarakat. Orang yang mau mendengar suara di sekitarnya, sehingga terwujudlah keharmonisasian. Pada umumnya, kita terlalu tergesa-gesa memberi jawaban terhadap masalah yang kita hadapi tanpa memahami terlebih dahulu hakikatnya. Maka berlakulah ungkapan, “penyesalan datang kemudian hari.” Manusia bertindak sekehendak hatinya untuk mendapatkan cita-cita, kebahagiaan; kebahagiaan yang diukur materi. Ukuran berdasarkan ruang dan waktu. Umumnya materi diidentikkan dengan kekayaan dan kedudukan. Demi mendapatka...

Mantra Le Guin Untuk Harry Potter

Ursula K. Leguin, A Wizard Of Earthsea, Alih Bahasa: Harisa Permatasari. Jakarta: Media Klasik Fantasi (MKF), 2010. 335 halaman. Bahasa bukan sekadar alat untuk berkomunikasi. Lebih dari itu, bahasa layaknya toko serba ada yang menyajikan segalanya. Tak ada satu pun yang bisa berdiri bebas di luar bahasa. Setiap benda di mana pun berada, memiliki nama dalam bahasa tersendiri. Di dunia Earthsea terdapat kepercayaan bahwa setiap benda memiliki nama sejati. Setiap nama sejati jalin-berkelindan membuat equilibrium (keseimbangan) semesta. Seiring ditemukannya benda baru, nama-nama sejati akan selalu bertambah. Mustahil untuk menghafal semua nama sejati, meski ajal menjelang. Jika penyihir telah merapalkan nama sejati sesuatu, mereka berkuasa penuh atasnya. Maka, untuk menjadi ahli magi dibutuhkan kedewasaan yang tinggi dalam menjaga equilibrium semesta. Sebab magi tak sekadar permainan yang mengharap tepuk tangan atau sebuah pengakuan. Di dunia Earhsea, tak ada rahasia antar-penyihir, ...

Shin Suikoden: Revolusi “Perampok” Vs Perampok

Eiji Yoshikawa, Shin Suikoden , Alih bahasa: Jonjon Johana. Jakarta: Kansha Book, 2011. 486 halaman. Alam semesta terus bergerak; seperti pendulum kiri-kanan, seperti siklus air yang terus mengalir, hingga sejarah manusia pun selalu berubah. Segala gerak itu akan berujung pada sebuah masa dimana terdapat titik balik ( Fu )— gerakannya alamiah dan muncul secara spontan—sehingga semua kembali harmonis. Nama Eiji Yoshikawa selalu selalu dekat dengan novel fiksi yang kental dengan sejarah. Bisa dikatakan pula, dia merupakan penulis terhebat dalam genere tersebut. Melalui Shin Suikoden, Eiji mengajak kita menyusuri sejarah China pada masa Dinasti Sou (Dinasti kedelapan). Suikouden (Batas Air), merupakan satu diantara legenda China klasik—perjuangan 108 pendekar dibawah kepemimpinan Song Jiang pada masa Dinasti Song—yang masyhur dan selalu diceritakan dari zaman ke zaman. Novel ini dimulai dengan kisah diutusnya Jendral Kou Shin oleh Kaisar Jin Sou (keturunan keempat Dinasti Sou), men...