Langsung ke konten utama

Produksi Kopi Keberlanjutan

Green House | Koperasi Klasik Beans, Jawa Barat | © 2014 - Bincang Kopi
Kopi, sebagai salah satu komoditas yang diperdagangkan di seluruh dunia, memegang peranan penting yang menyangkut hajat hidup jutaan petani di negara-negara berkembang. Sekitar 25 juta petani di 50 negara-negara berkembang menggantungkan hidupnya pada tanaman kopi. Secara historis, pada masa kolonial kopi turut andil dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia berupa jalur kereta api dan pelabuhan di Pulau Jawa. Selain banyak memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa negara, kopi juga banyak membuka lapangan pekerjaan di pedesaan pada sektor produksi.

Pada 1997, banjir kopi berkualitas rendah yang terjadi di Eropa mengakibatkan terjadinya krisis kopi yang ditandai dengan anjloknya harga kopi hingga 70 persen. Krisis yang terjadi pada kopi merembet pada dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam rantai nilai dan pasokan kopi. Dampak langsung dari jatuhnya nilai ekonomis kopi membuat jumlah petani kopi berkurang karena kopi tak lagi bisa membuat dapur mereka mengebul. Selain itu, para petani kopi mengalami kesulitan untuk memperoleh akses pendidikan, layanan kesehatan, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Wajar jika tak sedikit petani yang mengganti tanaman kopi dengan tanaman lain atau beralih profesi. Bahkan di Benua Afrika, para petani kopi di Kolombia dan Peru mengganti tanaman kopinya dengan tanaman terlarang seperti Koka dan Opium. Perubahan jenis tanaman selain berdampak pada dimensi ekonomi dan sosial juga berdampak lingkungan yang mengakibatkan perubahan keanekaragaman hayati yang disebabkan banyaknya pohon yang harus ditebang agar tanaman baru tersebut memperoleh cahaya matahari yang cukup. Kopi di ujung kepunahan!

Untuk mengatasi krisis kopi, ICO (International Coffee Organization)—sebagai organisasi yang mengatur perdagangan kopi internasional—mengeluarkan resolusi 407 tentang, “Coffee Quality Improvement Program”. Secara garis besar, langkah taktis yang dilakukan ICO adalah dengan memberlakukan standar mutu ekspor kopi. Strategi yang digunakan ICO tersebut bertujuan untuk mengurangi pasokan kopi yang masuk ke Eropa bisa berkurang, sehingga permintaan terhadap kopi naik dan harga kopi dunia pun mulai merangkak naik hingga terjadi produksi kopi berkelanjutan. Artinya, kegiatan produksi atau pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan generasi mendatang. Sejak saat itu, keberlanjutan sektor produksi kopi selalu menjadi topik utama saat membahas rantai nilai dan pasokan kopi. Beberapa tahun setelahnya, isu pemanasan global membuat gagasan produksi kopi berkelanjutan kembali mencuat sebagai alternatif untuk mengurangi polusi yang ada.

Selanjutnya, sistem perdagangan kopi dunia memasukkan gagasan produksi kopi berkelanjutan untuk meningkatkan hasil produksi dalam bentuk sertifikasi melalui lembaga sertifikasi yang diakui seperti Fairtrade, UTZ CertifiedOrganic Coffee, Common Code for Coffee Comunity (4C). Setelah dilakukan inspeksi sertifikasi oleh lembaga terkait, produsen kopi berhak mendapatkan harga premium sesuai upaya yang dilakukan, sehingga proses produksi dapat berlangsung secara berkelanjutan.

________________________________________________
Tulisan ini merupakan publikasi ulang atas artikel saya di Bincangkopi.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah dan Khittah PPMI Assalaam

Sejarah Berdiri PPMI Assalaam Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam merupakan karya besar yang lahir dari kegiatan pengajian keluarga. Bermula dari kecintaan H. Abdullah Marzuki dan istri, Hj. Siti Aminah, terhadap kegiatan pengajian keislaman Bapak H. Abdullah Marzuki di sela-sela kesibukan mengelola bisnis penerbitan Tiga Serangkai (TS), beliau mengajak semua keluarga, termasuk keluarga pegawai TS, untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian demi meningkatkan kualitas Ilmu, iman, Islam, dan amal saleh. Di lihat dari latar belakang keluarga, sejak awal keluarga H. Abdullah Marzuki memiliki komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Sebelum terjun ke dunia penerbitan dan percetakan, beliau dan istri sudah menjalankan profesi sebagai guru ( mu’allim ). Jiwa mendidik ini menggelora dan mendarah daging dalam urat nadi keluarga beliau sehingga di mana pun beliau berada selalu peduli terhadap pendidikan. Kepedulian beliau terhadap pendidika...

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof [i] Oleh: Ngabdulloh Akrom Abstraksi Keterpilahan antara kesadaran [mind] dan materi [matter]—dualisme cartesian—dianggap ikut bertanggung jawab terhadap munculnya pelbagai krisis global, seperti krisis ekologi, kekerasan, konflik yang makin mengental, reifikasi, alienasi, dan dehumanisasi. Fenomena ini juga tidak dapat lagi dugunakan untuk memahami fenomena-fenomena fisis, biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang saling terkait satu sama lain. [ii] Sekilas melihat, begitu mengerikan dampak dari dualisme-cartesian. Karena pernyataan di ataslah penulis ingin mengkaji lebih terperinci mengenai dualisme-cartesian. Dalam makalah ini, penulis mencoba melihat secara kritis apa itu dualisme-cartesian, dan membandingkan pemikiran antara Descartes, Hobbes, Locke dan Leibniz mengenai dualisme-cartesian. Untuk sistematika penulisannya, penulis melihat bagaimana pemikiran Descartes mengenai hubungan antara ji...

8 Tips Menulis Novel Fiksi ala Paulo Coelho

Bagi Anda para pecinta fiksi mistik, sufistik atau filosofis, tentu tak asing dengan nama penulis berdarah Amerika Latin, Paulo Coelho. Dari tangannya, terlahir karya masyhur seperti; The Alchemist, The Zahir, The Witch of Portobello, Eleven Minutes, The Winner Stands Alone dan sebagainya. Karya-karyanya telah terjual lebih dari 100 juta kopi, diterjemahkan dalam 67 bahasa di 150 negara di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Dalam web blog pribadinya, Coelho berbagi tips cara menulis buku atau novel sebagaimana pengalamannya selama ini kepada para penggemarnya. Berikut adalah beberapa cara yang perlu harus lakukan: Pertama, Keyakinan. Anda tidak bisa menjual buku yang diterbitkan berikutnya jika kita memandang rendah buku yang baru saja Anda terbitkan. Jadi, berbanggalah dengan apa yang Anda miliki. Ke dua, Percaya. Percayalah kepada pembaca, jangan menjelaskan sesuatu terlalu detail. Cukup beri petunjuk dan, biarkan para pembaca memenuhi petunjuk tersebut de...