Langsung ke konten utama

Bird Friendly Coffee | Kopi Ramah Burung

Di kampung halaman saya, sebelum kebanyakan petani menggunakan pestisida, menjaga padi yang mulai menguning adalah hal lazim yang dilakukan anak-anak kecil seusai sekolah. “Hia, hia, hia… oeey…”, anak-anak berlarian di pematang sawah, meneriaki segerombolan burung pipit yang datang secara berhamburan. Burung-burung pipit tersebut datang dari desa lain yang sudah mengalami panen terlebih dulu. Selain itu, ada pula burung pemakan serangga, tikus sawah, dan burung pekicau yang sahut-menyahut.
Sepenggal cerita di atas adalah pengalaman tentang burung yang pernah saya rasakan semasa duduk di bangku sekolah dasar. Dalam perjalan panjang sejarah manusia, burung memiliki nilai penting. Ia sering dijadikan simbol kebebasan, perdamaian dan, kesetiaan. Dalam kehidupan sehari-hari, burung memiliki manfaat tersendiri. Di sektor pertanian, ia menjadi predator yang membantu petani mengontrol populasi serangga dan tikus, sehingga mengurangi kerusakan tanaman dan hutan. Selain itu, ia juga berperan penting dalam penyerbukan dan penyebaran benih. Di bidang kesehatan, burung pemakan nyamuk membantu mengatasi penyebaran wabah penyakit demam berdarah dan malaria. Di Amerika, mengamati burung merupakan hiburan tersendiri yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Populasi burung mulai terancam akibat penggunaan pestisida dengan tujuan mendongkrak produktifitas pertanian melalui penanggulangan hama. Manfaat dari penggunaan pestida langsung terasa. Tak ada serangan serangga, hasil panen meningkat, dan anak-anak pun tak perlu lagi menunggu padi usai sekolah. Tanpa disadari para petani, dampak negatif dari penggunaan pestisida telah mengubah tatanan ekosistem alami menjadi lebih sederhana. Dalam hal ini, penggunaan pestisida telah memutus sistem rantai makanan sehingga menjadikan ekosistem tidak seimbang. Salah satu hewan yang menjadi korban dari terputusnya rantai makanan tersebut adalah burung. Burung merupakan hewan yang terkena dampak penggunanan pestisida secara tidak langsung, sebab ia menempati puncak dari rantai makanan.
Bird Friendly Coffee | Kopi Ramah Burung
Menurut laporan Fish and Wildlife Service, kurang lebih 72 juta burung di Amerika mati per tahun (Peter Fimrite, 2011). Burung-burung berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari makan dan berkembang biak. Karena penggunaan pestisida, burung pemakan serangga tentu akan kebingungan saat musim kawin tiba, apalagi ketika telur mereka menetas, sebab pasokan makanan mereka telah dibasmi dengan insektisida.
Begitu halnya dengan burung-burung yang berkembang biak di semak-semak. Herbisida yang digunakan untuk menanggulangi gulma, dapat membunuh atau mengurangi populasi burung yang bergantung pada rerumputan tertentu untuk membuat sarang. Ketika herbrisida yang mengalami kontak dengan telur burung, pertumbuhan embrio telur tersebut bisa mengalami kerusakan, sehingga dapat mengurangi jumlah telur yang menetas.
Penurunan populasi burung di dunia tersebut mendapat sorotan dari Kebun Binatang Nasional Smithsonian (Smithsonian’s National Zoological Park), yang terletak di kota Washington, D.C, Amerika Serikat. Menurut penelitian yang mereka lakukan di Amerika Utara dan Amerika Latin, perkebunan kopi dan cokelat yang dikelola secara tradisional (tanpa menggunakan bahan kimia) merupakan tempat yang sangat mendukung bagi kelangsungan hidup 150 spesies burung. Kopi yang ditanam secara tradisional tersebut memiliki pohon naungan di sekeliling perkebunan dan mampu berjalan secara berkelanjutan. Atas dasar tersebut, pada 1997, Kebun Binatang Nasional Smithsonian mendirikan Pusat Migrasi Burung Smithsonian atau Smithsonian Migratory Bird Center (SMBC) untuk mendorong upaya menghargai, pemahaman yang lebih, dan perlindungan terhadap burung.

Bird Friendly Coffee | Kopi Ramah Burung

Jadi, apa itu Bird Friendly Coffee? Bird Friendly Coffee, atau kopi ramah burung, merupakan sertifikasi yang diberikan kepada perkebunan kopi organik yang dilakukan oleh ilmuwan dari SMBC, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap burung dan satwa liar melalui sistem perkebunan hutan. Jatuhnya pilihan pada kopi karena kopi merupakan salah satu komoditas terbesar yang diperdagangkan di seluruh dunia selain minyak bumi. Pihak perkebunan yang ingin memperoleh sertifikat tersebut harus menghubungi SMBC untuk dilakukan inspeksi. Beberapa hal yang dinilai meliputi sistem pengelolaan organik (tidak menggunakan bahan kimia), terdapat pohon naungan berbentuk kanopi, serta terdapat burung dan satwa liar yang hidup di sana. Ketika sebuah perkebunan kopi telah lolos uji, mereka berhak memberikan harga premium di negara tujuan eksport dengan menyertakan logo Bird Friendly Coffee. Harga premium timbul lantaran ada biaya lebih yang timbul sebagai upaya pelestarian lingkungan, termasuk satwa di dalamnya. Bagi orang yang meminum kopi berlogokan Bird Friendly Coffee, berarti ia turut serta menyelamatkan kelangsungan hidup burung dan satwa liar yang hidup di perkebunan kopi. Sayangnya, kopi bersertifikasi Bird Friendly Coffee tergolong sulit ditemukan di gerai-gerai kopi ataupun supermarket. Alasannya, standar yang dikeluarkan SMBC begitu ketat sehingga hanya sebagian kecil perkebunan kopi di seluruh dunia yang memperoleh sertifikat Bird Friendly Coffee.
__________________________________________________
Tulisan ini merupakan artikel yang saya buat untuk www.bincangkopi.com
Silahkan kunjungi www.korpusdata.com untuk mengakses tulisan saya lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah dan Khittah PPMI Assalaam

Sejarah Berdiri PPMI Assalaam Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam merupakan karya besar yang lahir dari kegiatan pengajian keluarga. Bermula dari kecintaan H. Abdullah Marzuki dan istri, Hj. Siti Aminah, terhadap kegiatan pengajian keislaman Bapak H. Abdullah Marzuki di sela-sela kesibukan mengelola bisnis penerbitan Tiga Serangkai (TS), beliau mengajak semua keluarga, termasuk keluarga pegawai TS, untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian demi meningkatkan kualitas Ilmu, iman, Islam, dan amal saleh. Di lihat dari latar belakang keluarga, sejak awal keluarga H. Abdullah Marzuki memiliki komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Sebelum terjun ke dunia penerbitan dan percetakan, beliau dan istri sudah menjalankan profesi sebagai guru ( mu’allim ). Jiwa mendidik ini menggelora dan mendarah daging dalam urat nadi keluarga beliau sehingga di mana pun beliau berada selalu peduli terhadap pendidikan. Kepedulian beliau terhadap pendidika...

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof [i] Oleh: Ngabdulloh Akrom Abstraksi Keterpilahan antara kesadaran [mind] dan materi [matter]—dualisme cartesian—dianggap ikut bertanggung jawab terhadap munculnya pelbagai krisis global, seperti krisis ekologi, kekerasan, konflik yang makin mengental, reifikasi, alienasi, dan dehumanisasi. Fenomena ini juga tidak dapat lagi dugunakan untuk memahami fenomena-fenomena fisis, biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang saling terkait satu sama lain. [ii] Sekilas melihat, begitu mengerikan dampak dari dualisme-cartesian. Karena pernyataan di ataslah penulis ingin mengkaji lebih terperinci mengenai dualisme-cartesian. Dalam makalah ini, penulis mencoba melihat secara kritis apa itu dualisme-cartesian, dan membandingkan pemikiran antara Descartes, Hobbes, Locke dan Leibniz mengenai dualisme-cartesian. Untuk sistematika penulisannya, penulis melihat bagaimana pemikiran Descartes mengenai hubungan antara ji...

8 Tips Menulis Novel Fiksi ala Paulo Coelho

Bagi Anda para pecinta fiksi mistik, sufistik atau filosofis, tentu tak asing dengan nama penulis berdarah Amerika Latin, Paulo Coelho. Dari tangannya, terlahir karya masyhur seperti; The Alchemist, The Zahir, The Witch of Portobello, Eleven Minutes, The Winner Stands Alone dan sebagainya. Karya-karyanya telah terjual lebih dari 100 juta kopi, diterjemahkan dalam 67 bahasa di 150 negara di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Dalam web blog pribadinya, Coelho berbagi tips cara menulis buku atau novel sebagaimana pengalamannya selama ini kepada para penggemarnya. Berikut adalah beberapa cara yang perlu harus lakukan: Pertama, Keyakinan. Anda tidak bisa menjual buku yang diterbitkan berikutnya jika kita memandang rendah buku yang baru saja Anda terbitkan. Jadi, berbanggalah dengan apa yang Anda miliki. Ke dua, Percaya. Percayalah kepada pembaca, jangan menjelaskan sesuatu terlalu detail. Cukup beri petunjuk dan, biarkan para pembaca memenuhi petunjuk tersebut de...