Langsung ke konten utama

Para Kyai Penjaga Indonesia: Gus Sholah dalam Twitter

Sejak sore tadi, hujan tak kunjung reda. Karena tidak ada kerjaan, saya mengisi waktu dengan mebuka akun twitter. Awalnya, saya mengikuti Trending Topic World Wide (TTWW). Selain ketidakjelasan kategori kenapa menjadi TTWW, ternyata cukup membosankan mengikuti arus informasi yang cepat berubah-ubah. Akhirnya saya putuskan mengikuti tweet orang-orang yang saya follow. Dari ratusan orang yang saya ikuti, saya memilih Kyai Sholahuddin Wahid yang akrab disapa Gus Sholah (@Gus_Sholah).

Dalam benak saya, Gus Sholah sedang melakukan ceramah dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Beliau memanfaatkan media twitter sebagai sarana untuk berbagi ilmu. Kali ini beliau memaparkan tentang pandangan hidup para Kyai sepuh yang kalem dalam menjalani hidup. Mereka adalah sosok penerus nabi yang menjalankan sunnah dan mendirikan agama. Masalah hidup, mereka percayakan kepada yang membuat hidup.
Singkat cerita, kira-kira demikian beliau berkisah melalui akun twitternya:

“Syahdan. Di Tebuireng, dulu ada sosok Kyai Idris Kamali yang sangat dihormati masyarakat. Tak hanya masyarakat sekitar Tebuireng, bahkan mantan presiden RI ke dua pun sempat menyambangi kediaman beliau. Menurut cerita, Kyai Idris hanya menerima santri yang ia tes sendiri, kurang lebih sekitar 15 orang. Santri-santri lolos seleksi dibiayainya. Kyai Tolchah Hasan (Menteri Agama era Gus Dur), merupakan salah satu santrinya. Dari bawah kasurnya, Kyai Idris mengambil uang, membantu siapa saja yang membutuhkan.

Menurut cerita Kyai Tolchah Hasan; suatu hari ia diberi tugas membersihkan kamar Kyai Idris. Penasaran ingin mengetahui seberapa banyak uang sang Guru, ia memasukkan tangan ke bawah kasur. Ia tak menemukan adanya uang. Karena rasa ingin tahu Talchah Hasan yang tinggi, ia mengangkat kasur gurunya dan, ternyata tak sepeserpun ia temukan.

Kyai Tolchah merasa bingung. Sebab, Kyai Idris tinggal di kamar samping masjid. Tak pernah keluar kamar, kecuali ke masjid. Yang membuat Tolchah bingung, tiap ada orang yang membutuhkan uang, Kyai Idris selalu punya. Dugaan Tolchah, uang itu ada secara tiba-tiba.

Pada tahun 1970-an, Pak Harto datang ke Tebuireng. Kyai Idris tak menemuinya karena sedang mengajar. Beliau tetap mengajar santri-santrinya hingga selesai. Satu waktu, para santri ingin belajar Ihya Ulumuddin. Sang Kyai tak berani langsung mengajar, Meski sudah berkali-kali membaca dan mengajarkan kitab tersebut. Sebelum mengajar, beliau melaksanakan shalat hajat, meminta izin kepada empunya kitab (Imam Ghazali). Setelah shalat beberapa minggu, suatu malam Kyai Idris bermimpi, beliau bertemu Imam Ghazali. Singkat cerita, beliau memperoleh izin dan, besoknya baru mengajarkan kitab tersebut kepada para santri.

Sebagai Kyai kampung, beliau memiliki kambing. Kemana pun kambing itu pergi, tak ada yang mengganggu. Bahkan naik kereta api pun diizinkan kondektur. Suatu hari kambing itu dicuri orang. Si pencuri menjualnya ke pasar. Masyarakat curiga itu kambing milik Kyai Idris. Tak satu pun orang yang mau membelinya. Akhirnya si pencuri mengembalikan kambing kepada pemiliknya.

Tahu bahwa pencuri itu sedang kesulitan uang, sang Kyai memberikan kepadanya. Berita tersebut, secepat cahaya menyebar ke seluruh penjuru Tebuireng. Mengetahui hal tersebut, masyarakat berduyun-duyun, berebutan untuk membeli kambing yang diberikan sang Kyai.

***
Di Cihadu, Pandegelang, dulu ada sosok Mbah Dimyati. Suatu saat, Pak Habibie menyempatkan diri sowan ke rumah beliau. Saat itu beliau sedang wiridan (baca: membaca dzikir). Terpaksa mantan presiden RI ke tiga ini harus menunggu lama. Setelah berbincang-bincang, presiden pamit dan menyampaikan sumbangan cukup besar untuk pesantren. Ternyata, sumbangan tersebut ditolak secara halus oleh Mbah Dimyati. Kyai seperti inilah yang mungkin diberi ilmu [laduni]. Walau tidak banyak, masih ada kyai semacam itu.

Umumnya, mereka tidak banyak dikenal. Karena memang tidak ingin terkenal. Kyai Idris dan Mbah Dimyati adalah dua sosok ulama  pewaris nabi yang sebenarnya. Mereka sudah tak peduli masalah dunia. Yang ada hanya shalat, membaca ayat Tuhan dan, mengajar. Tak ada yang mereka takuti kecuali yang Maha Hidup. Doa-doa kyai yang bersih jiwanya itulah yang masih menolong Indonesia, tulis Gus Sholah menutup kisahnya.

Ciputat, 11 Februari 2012
Catur Warna

NB: Tweet Gus Sholah di atas telah sedikit dimodifikasi penulis dengan maksud agar lebih terstruktur. Sedikit pun tak ada tujuan untuk mengurangi isi yang disampaikan Gus Sholah.

Silahkan kunjungi www.korpusdata.com untuk mengakses tulisan saya lainnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah dan Khittah PPMI Assalaam

Sejarah Berdiri PPMI Assalaam Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam merupakan karya besar yang lahir dari kegiatan pengajian keluarga. Bermula dari kecintaan H. Abdullah Marzuki dan istri, Hj. Siti Aminah, terhadap kegiatan pengajian keislaman Bapak H. Abdullah Marzuki di sela-sela kesibukan mengelola bisnis penerbitan Tiga Serangkai (TS), beliau mengajak semua keluarga, termasuk keluarga pegawai TS, untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian demi meningkatkan kualitas Ilmu, iman, Islam, dan amal saleh. Di lihat dari latar belakang keluarga, sejak awal keluarga H. Abdullah Marzuki memiliki komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Sebelum terjun ke dunia penerbitan dan percetakan, beliau dan istri sudah menjalankan profesi sebagai guru ( mu’allim ). Jiwa mendidik ini menggelora dan mendarah daging dalam urat nadi keluarga beliau sehingga di mana pun beliau berada selalu peduli terhadap pendidikan. Kepedulian beliau terhadap pendidika...

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof [i] Oleh: Ngabdulloh Akrom Abstraksi Keterpilahan antara kesadaran [mind] dan materi [matter]—dualisme cartesian—dianggap ikut bertanggung jawab terhadap munculnya pelbagai krisis global, seperti krisis ekologi, kekerasan, konflik yang makin mengental, reifikasi, alienasi, dan dehumanisasi. Fenomena ini juga tidak dapat lagi dugunakan untuk memahami fenomena-fenomena fisis, biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang saling terkait satu sama lain. [ii] Sekilas melihat, begitu mengerikan dampak dari dualisme-cartesian. Karena pernyataan di ataslah penulis ingin mengkaji lebih terperinci mengenai dualisme-cartesian. Dalam makalah ini, penulis mencoba melihat secara kritis apa itu dualisme-cartesian, dan membandingkan pemikiran antara Descartes, Hobbes, Locke dan Leibniz mengenai dualisme-cartesian. Untuk sistematika penulisannya, penulis melihat bagaimana pemikiran Descartes mengenai hubungan antara ji...

8 Tips Menulis Novel Fiksi ala Paulo Coelho

Bagi Anda para pecinta fiksi mistik, sufistik atau filosofis, tentu tak asing dengan nama penulis berdarah Amerika Latin, Paulo Coelho. Dari tangannya, terlahir karya masyhur seperti; The Alchemist, The Zahir, The Witch of Portobello, Eleven Minutes, The Winner Stands Alone dan sebagainya. Karya-karyanya telah terjual lebih dari 100 juta kopi, diterjemahkan dalam 67 bahasa di 150 negara di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Dalam web blog pribadinya, Coelho berbagi tips cara menulis buku atau novel sebagaimana pengalamannya selama ini kepada para penggemarnya. Berikut adalah beberapa cara yang perlu harus lakukan: Pertama, Keyakinan. Anda tidak bisa menjual buku yang diterbitkan berikutnya jika kita memandang rendah buku yang baru saja Anda terbitkan. Jadi, berbanggalah dengan apa yang Anda miliki. Ke dua, Percaya. Percayalah kepada pembaca, jangan menjelaskan sesuatu terlalu detail. Cukup beri petunjuk dan, biarkan para pembaca memenuhi petunjuk tersebut de...