Langsung ke konten utama

Makna di Balik Sebuah Pernikahan [1]

Beberapa waktu lalu, aku dikagetkan ketika sedang bercakap-cakap dengan kawan mengenai masa depan. Ketika sedang asyik berbicara tentang isu-isu kenegaraan. Aku bertanya pada temanku, “Kapan kamu akan menikah, Brad?” Dia tersenyum padaku, kemudian dia menjawab panjang “Kenapa kita harus menikah? Apakah yang kita inginkan dari sebuah pernikahan? Dipijitin? Ada panti pijat atau kalau lu punya duit tinggal spa, beres kan!?. Pengen dicuciin baju kita? Gampang..., ini zaman modern cuy, ada mesin cuci juga ada laundry. Pengen dimasakin? Apa lagi yang ini, sekarang ini banyak restoran siap saji, bisa tinggal telfon. Kalau g punya duit, bisa di abang-abang pinggir jalan atau Warteg. Atau pengen diservis?? Tuh, di pinggir jalan aja banyak.” Kemudian dia mengakhiri bicaranya dengan tertawa terbahak-bahak, dan isapan rokok mengakhiri tawanya. Kepulan asap pun melingkupi wajahnya yang bulat.



Benar-benar sial, gara-gara percakapan siang itu, pada malam hari aku memutar semua isi kepalaku dan termangu. Aku mencoba memahami apa makna dibalik pernikahan semampuku. Namun perkataan temanku, masih saja menjejali pikiranku. Aku kembali mengobrak-abrik catatan-catatan lamaku. Hingga akhirnya aku menemukan sebuah catatan mengenai pernikahan. Tulisan itu sedikit genit, karena ia berjudul MENIKAHI TUHAN. Tulisan itu menceritakan demikian. Pernikahan adalah sesuatu yang suci dan mulia. Ketika kita menikah, berarti kita menebarkan dimensi kasiah-sayang (aspek jamaliah) yang berada dalam diri kita. Semua tradisi atau agama, menyatakan bahwa Tuhan berada dalam setiap manusia, atau Tuhan melingkupi segala wujud yang ada. Kalau kita perhatikan apa yang ada di sekitar kita, semua pasti terlingkupi oleh aspek maskulin (keperkasaan) dan feminin (kelemah-lembutan). Tidak berarti bahwa yang maskulin itu harus laki-laki, dan feminin harus perempuan. Namun acap kali kita temukan aspek maskulin pada laki-laki dan feminin pada perempuan. Bukan berarti kalau kita menemui hal diluar itu adalah sebuah kesalahan. Melainkan itu menandakan bahwa Tuhan sebagai yang Maha Takterbatas (The Infiniti). Karena Dia tidak terbatas, maka itu ia memancar kesegala penjuru. Apa pun bentuknya.



Jika dalam sebuah pernikahan hanya karena kebutuhan seksual belaka, maka cinta yang demikian tidak akan langgeng atau abadi. Karena seiring dengan bergulirnya waktu, kebutuhan seksualitas manusia akan berkurang. Dan daya tarik seksualitas seseorang juga berkurang termakan oleh ruang dan waktu.



Begitu halnya dengan cinta yang yang dikarenakan atas harta, popularitas, keturunan, trend, pangkat, atau hal lainnya yang hanya terpaku pada masalah duniawi, maka cinta itu akan kandas di tengah jalan. Cinta yang demikan adalah perwujudan dari cinta kepada dirinya sendiri, namun dikemas dalam fisik orang lain (pasangan kita). Jika kita berkeinginan agar cinta kita abadi, maka “nikahilah Tuhan”. Karena Tuhan adalah entitas (keberadaan) yang takterbatas. Karena takterbatas, maka dia beyond time and space. Karena melampaui ruang dan waktu, maka Dia (Cinta) Abadi.[]



Kampoeng oetan

lapalan janoeari, riboe sepoeloeh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah dan Khittah PPMI Assalaam

Sejarah Berdiri PPMI Assalaam Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam merupakan karya besar yang lahir dari kegiatan pengajian keluarga. Bermula dari kecintaan H. Abdullah Marzuki dan istri, Hj. Siti Aminah, terhadap kegiatan pengajian keislaman Bapak H. Abdullah Marzuki di sela-sela kesibukan mengelola bisnis penerbitan Tiga Serangkai (TS), beliau mengajak semua keluarga, termasuk keluarga pegawai TS, untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pengajian demi meningkatkan kualitas Ilmu, iman, Islam, dan amal saleh. Di lihat dari latar belakang keluarga, sejak awal keluarga H. Abdullah Marzuki memiliki komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Sebelum terjun ke dunia penerbitan dan percetakan, beliau dan istri sudah menjalankan profesi sebagai guru ( mu’allim ). Jiwa mendidik ini menggelora dan mendarah daging dalam urat nadi keluarga beliau sehingga di mana pun beliau berada selalu peduli terhadap pendidikan. Kepedulian beliau terhadap pendidika...

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof

Dualisme-Cartesian; Dalam Perdebatan Para Filosof [i] Oleh: Ngabdulloh Akrom Abstraksi Keterpilahan antara kesadaran [mind] dan materi [matter]—dualisme cartesian—dianggap ikut bertanggung jawab terhadap munculnya pelbagai krisis global, seperti krisis ekologi, kekerasan, konflik yang makin mengental, reifikasi, alienasi, dan dehumanisasi. Fenomena ini juga tidak dapat lagi dugunakan untuk memahami fenomena-fenomena fisis, biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang saling terkait satu sama lain. [ii] Sekilas melihat, begitu mengerikan dampak dari dualisme-cartesian. Karena pernyataan di ataslah penulis ingin mengkaji lebih terperinci mengenai dualisme-cartesian. Dalam makalah ini, penulis mencoba melihat secara kritis apa itu dualisme-cartesian, dan membandingkan pemikiran antara Descartes, Hobbes, Locke dan Leibniz mengenai dualisme-cartesian. Untuk sistematika penulisannya, penulis melihat bagaimana pemikiran Descartes mengenai hubungan antara ji...

8 Tips Menulis Novel Fiksi ala Paulo Coelho

Bagi Anda para pecinta fiksi mistik, sufistik atau filosofis, tentu tak asing dengan nama penulis berdarah Amerika Latin, Paulo Coelho. Dari tangannya, terlahir karya masyhur seperti; The Alchemist, The Zahir, The Witch of Portobello, Eleven Minutes, The Winner Stands Alone dan sebagainya. Karya-karyanya telah terjual lebih dari 100 juta kopi, diterjemahkan dalam 67 bahasa di 150 negara di dunia, termasuk bahasa Indonesia. Dalam web blog pribadinya, Coelho berbagi tips cara menulis buku atau novel sebagaimana pengalamannya selama ini kepada para penggemarnya. Berikut adalah beberapa cara yang perlu harus lakukan: Pertama, Keyakinan. Anda tidak bisa menjual buku yang diterbitkan berikutnya jika kita memandang rendah buku yang baru saja Anda terbitkan. Jadi, berbanggalah dengan apa yang Anda miliki. Ke dua, Percaya. Percayalah kepada pembaca, jangan menjelaskan sesuatu terlalu detail. Cukup beri petunjuk dan, biarkan para pembaca memenuhi petunjuk tersebut de...